Gaya Hidup Plastik di Era Digital: Antara Status dan Realita

Sebuah pesan untuk para ASN Millenial dan Gen Z , termasuk saya...



Di era serba digital ini, acap kali generasi millenial dan generasi z seperti terjebak dalam sebuah drama sosial media yang tak berujung. Tak terkecuali para Aparatur Sipil Negara (ASN). Setiap hari, kita disuguhi dengan parade foto-foto liburan mewah, mobil baru, atau sekadar OOTD yang kece badai. 

Tapi, mari kita jujur, seberapa nyata sih semua itu? 

Gaji bulanan ASN yang terbatas itu harusnya jadi pengingat bahwa kita ini bukan CEO dengan pendapatan tak terbatas.

Bro, realita hidup itu lebih dari sekadar feed Instagram yang curated. Buat apa pusing-pusing cari pinjaman buat beli motor NMAX atau CBR, kalau toh nanti cuma bikin kepala pening mikirin bensin dan pajak?

Mari berpikir ulang tentang konsep ‘healing’ yang selama ini kita kenal.  Healing itu bukan soal check-in di tempat yang hits atau pamer barang branded. Healing itu soal menemukan kedamaian dalam kesederhanaan—sesederhana menikmati secangkir kopi di pagi hari tanpa mikirin cicilan yang menumpuk.

Pulang healing kepala pusing karena duit habis buat ongkos traveling itu salah konsep banget.

Jadi, buat para ASN milenial dan Gen Z, yuk kita hidup lebih autentik. Gak usah terobsesi untuk tampil sempurna di depan orang lain. Hargai apa yang kita miliki, nikmati proses, dan jangan terjebak dalam ilusi kehidupan yang plastik. Karena pada akhirnya, kebahagiaan sejati itu datang dari dalam, bukan dari apa yang kita tampilkan ke dunia luar.

Mari kita mulai hidup yang ‘real’, bukan yang ‘reel’. Karena di balik tabir, realita seringkali tak seindah cerita yang kita post di media sosial. Hiduplah dengan bijak, dan jangan biarkan gaya hidup ‘tinggi’ membuat kita sakit kepala karena tangan tak sampai. 

Kebahagiaan itu sederhana, kok, asal kita tau cara menemukannya.

Write a comment